Cahaya Penyembuh Yang Menggantikanmu (Karya : Popi Nurbaina)

Sinopsis
Kisah Meyra gadis terakhir dalam keluarganya yang memilik banyak saudara, namun tak mendapatkan cinta dan kasih sayang yang cukup dari arti keluarga besar. Hingga akhirnya sosok laki-laki datang dalam hidupnya yang membuat ia terlena hingga jatuh dalam asmara yang panjang. Kisah yang ia jalin menitipakan berbagai kenangan indah yang tak mudah untuk dilupakan. Suatu ketika ada sinar yang menyinari hatinya membangunkan kesadaran dari kebahagiaan semu yang ia jalani. Cahaya itu datang menjadi pengingat dan penegur dari hati yang mulai lalai dan tertipu oleh romantisme yang dibangun tidak di atas kehendak-Nya. Sampai ia berjuang untuk meninggalkan semua perbuatan itu,hingga ia menemukan obat penyembuh bagi hatinya yaitu seberkas cahaya Al-Qur’an yang membuatnya berhasil menapaki jalan yang lebih terang dan lurus untuk kembali pada sang Maha Cinta agar mendapat Ridha-Nya.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Aku tak pernah menyangka bahwa kini aku sudah tumbuh dewasa. Rasanya baru kemarin aku masih menjadi anak kecil yang tidak tahu apa-apa, tidak terbebani dengan rintangan hidup yang ternyata memang sangat berliku. Kehidupan terus berlanjut dan waktu tidak pernah berhenti walau sedetik. Umur ku sudah hampir 20 tahun. Ya panggil aku Meyra nama lengkapku Meyra Adipasya, aku lahir di Bandung. Ayah ku lahir di garut dan ibu ku lahir di Bandung. Aku anak terakhir dari tujuh bersaudara, aku memiliki dua kakak perempuan dan empat  kakak laki-laki. Kata orang menjadi anak bungsu itu enak, di manja, di sayangi dan katanya semua keinginan mudah untuk dipenuhi. Tenyata tidak semua anak bungsu seberuntung itu, dan aku salah satu orang yang beranggapan kalau kenyataanya tidak seperti itu. Ya aku lahir dalam keluarga yang bisa dibilang cuek. Ayah dan ibu ku bekerja di pasar hingga masa kecil ku banyak melewatkan waktu untuk mengukur momen indah dengan orang tua. Sejak TK aku sudah diajarkan sendiri, ibu ku hanya mengantarkan ku satu kali saat akan masuk saja, selebihnya aku sendiri, kadang dititipkan pada tetangga. Begitu pula ayah ku yang sibuk dan kami tak punya banyak waktu untuk sekedar berbincang ataupun hal lainnya. Tapi tak mengapa, itu dulu dan aku masih sangat bersyukur memiliki kedua orang tua seperti mereka. Terimakasih Allah. Hingga akhirnya ketika ayah dan ibu ku memilih untuk meninggalkan usahanya di pasar, disitu lah aku lebih sering bertemu dengan mereka.   
            Saat aku SMP, ayah dan ibu sudah berhenti berjualan di pasar. Hal yang masih aku ingat sampai sekarang, ibu selalu membuatkan bekal makanan untuk ku bawa ke sekolah setiap hari, bahkan himgga aku lulus SMA, ibu selalu mengantarkan ku ke jalan untuk menunggu angkutan umum saat akan berangkat ke sekolah. Ohh Allah ternyata betapa nikmatnya hidup seperti ini , meskipun kehidupan ku saat itu sangat sederhana sekali karena ayah dan ibu sudah tidak bekerja di pasar, tapi nikmat saat selalu bersama mereka tak pernah ku lupakan. Aku membantu ibu untuk berjualan semenjak SMP hingga SMA. Aku membawa dagangan untuk aku jual di sekolah ku. Aku tak malu karena dengan begitu aku membantu meringannkan beban ibu ku. 
Semenjak kecil sesudah pulang sekolah ayah dan ibu selalu menyuruh ku mengaji di pesantren dekat rumah. Ayah dan ibu ku bukan tipe orang tua yang biasa mengekang anaknya, dari kecil aku tidak hidup dengan banyak peraturan dan larangan. Bahasa batin yang mereka sampaikan pada ku seakan tersembunyi. Ayah tak suka marah ketika dia kesal dia hanya terdiam, dan aku sudah sangat paham tentang itu. Kehidupan terus berlanjut dengan sejuta kisah didalamnya, karena dari kecil aku memang tidak terlalu dekat dengan ayah, dan aku tidak seperti orang lain yang selalu menceritakan apapun pada ayah dan ibunya, aku tidak seperti itu. Hingga ketika SMA aku banyak mendapatkan hal baru yang berbeda, aku mengenal banyak teman, aku aktif di organisasi ikatan pelajar mesjid,dan banyak hal yang aku lakukan ketika SMA.
Aku mengalami banyak hal salah satunya adalah jatuh cinta, usia 17 tahun itu memang fase dimana kita merasakan hal-hal baru terutama dengan perasaan. Hingga suatu ketika aku mengagumi seseorang dia adalah teman di organisasi itu, padahal sebenarnya aku paham tentang hukumnya, perasaan itu ku sembunyikan dalam-dalam, dan awalnya memang sekedar mengagumi. Sampai aku bercerita pada salah satu teman ku. Hal yang ku duga terjadi, teman-teman organisasi tahu bahwa aku menyukai pria itu sebut saja dia Maulana. Kabar itu beredar dan Maulana tau akan hal itu, jujur saja aku malu, sangat malu tapi semuanya sudah terlanjur tau dan aku menguatkan hati ku untuk tetap professional di organisasi ku. Setelah itu kita terlihat sama-sama malu baik ketika bertemu ataupun membicarakan masalah organisasi, tak ada hal lain ketika bertemu hanya saling melemparkan senyum, tapi hati ku selalu berharap bahwa dia memiliki perasaaan yang sama seperti ku.
Seiring berjalanya waktu,kita saling mengenal dan ternyata harapanku sedikit menemukan titik terang, dia terlihat mengagumi ku juga dari sikapnya, karena selalu di gosipkan oleh teman-teman yang lain, akhirnya dia mengungkapkan perasaannya. Entah apa yang aku rasakan saat itu, aku senang,bingung, tidak menyangka akan seperti itu. Dan akhirnya aku menjalani masa yang disebut pacaran. Kali ini yang aku rasakan berbeda, Maulanan hadir sebagai sosok yang berbeda. Ketika kita sudah berpacaran dia lebih banyak menanyakan hal-hal perihal keluarga dan kehidupan ku. Hingga aku merasa dia lebih dari sekedar pendengar terbaik ku.
Kasih sayang dan bentuk perhatian yang selama ini masih aku rasakan kurang dalam keluarga ku, seakan terhapuskan dengan adanya sosok Maulana dalam hidup ku. Hubungan kami terus berlanjut dalam waktu yang lama. Setelah semakin dewasa kita semakin banyak belajar tentang banyak hal, termasuk agama dan kehidupan. Kita sudah sama-sama menyadari bahwa tak ada kata pacaran dalam islam. Walau begitu aku merasakan sesuatu yang berat ketika harus meningalkannya, itulah yang dinamakan godaan syaithon yang tak lelah mengajak pada kemaksiatan dan dosa.
Pada akhirnya kami kuliah ditempat yang berbeda, aku di bogor dan dia di Bandung, kami masih menjalankan komunikasi dan belum terbiasa untuk menutup segala bentuk komunikasi. Ketika aku sadar bahwa semua yang pernah ku jalani itu tidak boleh dan bertentangan dengan syari’at islam aku ingin berusaha menghindarinya, tapi tak semudah yang aku bayangkan. Sungguh ini hal yang terberat dalam hidupku yang bahkan aku selalu mengalami kegagalan dalam prosesenya, pikiran ku tak berhenti mengulang memori kenangan yang pernah ku lewati, detak jantung ku masih berdegup sama ketika mengobrol dengannya, sungguh meninggalkanya adalah suatu tantangan terbesar dalam hidup ku. Aku berusaha menyibukkan diriku agar tidak banyak waktu kosong untuk mengingatnya kembali. Ku luruskan niat ku kembali, ku ucap doa pada yang Maha Kuasa. Ya Allah apabila aku pernah gagal memperbaikinya maka jangan buat aku lelah untuk terus mencoba berubah memperbaikinya hingga aku bisa tanamkan istiqamah dalam hati ku, sungguh aku ingin lebih mendekati-Mu. Aku merintih dalam tangis keheningan malam, kadang aku rindu diperhatikan, tapi aku sadar aku sudah harus meninggalkannya.
Beberapa macam cara aku lakukan, aku mulai membuat hobby baru berusaha mengisi waktu ku dengan banyak membaca kisah para orang-orang hebat, sahabat-sahabatnya Rasulullah Saw. Aku mulai merasakan ketenangan disitu, aku mulai terbiasa dengan hal ini, aku mulai merasakan ada setiik sinar yang menetes pada hati ku, membangunkan lamunan ku,menyadarkan ku. Lebih dalam aku beranjak membaca buku fiqih dan memperbanyak bacaan Al-Qur’an ku. Luar biasa aku tidak dapat menjelaskan hal lain lagi. Begitu sempurna nya Allah mengatur kehidupan manusia, sebegitu indah hingga aku bahkan tak mampu menuliskannya. Ya Allah terimakasih  telah memberikan aku hidayah untuk berubah walaupun aku sempat gagal, Engkau tetap merangkul ku, menuntun, dan membingbing ku. Hati yang terluka tak mudah dapat disembuhkaan dengan mengalihkan aktivitas, aku mulai paham bahwa makna kehidupan ini harus kita gali.
Kasih sayang, kebahagiaan yang selama ini aku temukan dalam sosok Maulana ternyata tidak sesempit itu dan aku keliru dalam memahami hal itu. Kasih sayang yang ku rasa kurang dari lingkungan keluarga ku ternyata bukan Maulana lah sosok pengganti atau obatnya, aku mulai sadar bahwa ada cahaya pengobatan untuk setiap hati yang terluka dengan mendekatkan diri pada-Nya, berusaha mengenal dan menjadikan Al-Qur’an sebagi teman hidup di kala apapun keadaannya, aku merasakan itu adalah obat yang paling mujarab untuk menyembuhkan hati yang terluka. Hidayah Allah tidak dengan mudah kita bisa mendapatkannya, bersyukurlah ketika Allah menjadikan kita salah satu diantara sekian ribu orang yang ingin mendapatkan hidayah seperti ini. Ada orang yang masih saat ini belum tersadar akan hal itu. Manusia membutuhkan cinta, bahkan di usia remaja perasaan hati mudah bergejolak ketika mengagumi seseorang, mungkin aku perlu menyesal karena pernah terjatuh dari lubang nestapa yang membuat hati ku terebak, tapi tak hanya menyesl, lebih dari itu aku bersyukur pada hikmah yang ku ambil setelahnya. Aku dapat lebih mendekat kepada Sang Ilahi, aku dapat merasakan kesejukan ketika Al-Qur’an,  ku jadikan obat dan penolong dalam kisah pahit ku yang terlena pada cinta yang seharusnya ku jaga dan belum sepantasnya ku rajut dalam-dalam. Kadang aku kecewa pada diriku yang membiarkan iblis dengan lancang bersenang-senang selama aku sedang menikmati dosa yang tak terasa namun catatan amal tak pernah berhenti tertulis. Ya Allah terimakasih telah menolong ku, hingga aku tak terjerumus lebih jauh. Terimakasih atas petunjuk-Mu yang kau sampaikan melewati Al-Qur’an. Terimakasih telah membuat hati ku sembuh dari dosa yang menggangggu ku. Kini aku paham cinta yang abadi hanyalah Cinta dari-Mu yang tidak akan pernah luntur dan pudar sekalipun semua orang terdekat menjauhi ku. Karena kebahagiaan cinta yang sesungguhnya terletak dari hati yang bersih ketika mengingat-Mu hati yang jernih saat sinar Al-Qur;an melekat pada jiwa-jiwa yang mengharap akan Ridha-Mu
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------


BIODATA
HP                   : 089686213059
Email``            : popinurbaina@gmail.com
Facebook         : Popi Nurbaina
Line                 : @popi0199
Nama ku Popi Nurbaina, aku dilahirkan di Garut Jawa Barat, pada tanggal 1 Januari 1999. Anak ke tujuh dari tujuh bersaudara pasangan Bapak Maman Abdulrahman dan Ibu Imas Rodiah. Aku memulai Sekolah Dasar di SDN Banjarsari IV. Kemudian Sekolah Menengah Pertama ku di SMPN 1 Tarogong Kaler, selanjutnya aku bersekolah di SMAN 6 Garut. Dan sekarang aku sedang menempuh pendidikan di Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor dengan Program Studi Manajemen Industri. Ketertarikan ku pada dunia industri dan seluruh proses yang terkait menjadikan aku termotivasi untuk masuk pada jurusan ini. Selama menjadi mahasiswa ini, aku ikut aktif dalam beberapa kegiatan himpunan yang ada di Sekolah Vokasi IPB ini. Aku menjadi anggota Departement HRD di Forum Rohis. Aku aktif pada Himpunan Akmapesa sebagai Staff Divisi Pendidikan, dan aku bergabung pada program lembaga dakwah Al-Ghifari pada bidang Pendidikan Anak Bogor. Bagi ku dunia pendidikan begitu menarik sehingga aku dapat mengambil banyak pelajaran dari sana. Aku juga menyukai segala macam bentuk tulisan, karena aku suka membaca. Semoga cerita pendek yang ku tulis dapat menginspirasi orang lain serta bermanfaat. Semoga kelak aku bisa menghasilkan karya lebih baik lagi.

Komentar

Postingan Populer