PERILAKU RASULULLAH YANG PATUT DICONTOH
Meneladani Nabi
Muhammad Saw. adalah salah satu cara untuk berakhlak kepadanya. Semua ini
merupakan konsekuensi logis dari iman akan adanya Nabi Muhammad Saw. sebagai
Rasulullah. Beriman kepada Rasulullah adalah meyakini dan memercayai dengan
sepenuh hati bahwa Allah Swt. memilih di antara manusia untuk dijadikan
rasul-Nya untuk menyampaikan wahyu-wahyu-Nya kepada umat manusia.Sebagai nabi
yang terakhir, Muhammad dibekali satu kitab Allah yang terlengkap, yakni Alquran
yang isinya memuat keseluruhan isi kitab-kitab yang pernah turun sebelumnya.
Dengan Alquran inilah Nabi Muhammad dapat menyelesaikan semua permasalahan yang
dihadapinya, di samping juga dengan ide-idenya yang mendapatkan bimbingan wahyu
dari Allah Swt. (Sunnah/hadis). Semua yang tertuang dalam Alquran terealisasi
dalam sikap dan perilaku Nabi Muhammad Saw. sehari-hari. Tidak ada satu pun
sikap dan perilaku Muhammad yang menyimpang atau bertentangan dengan apa yang
tertuang dalam Alquran. Karena itulah, setiap umat Islam wajib meneladani Nabi
Muhammad Saw. dalam segala aspek kehidupan sehari-hari.
Untuk dapat
meneladani Nabi Muhammad Saw. dalam kehidupan kita sehari-hari, tentunya kita,
umat Islam, harus mengetahui terlebih dahulu apa saja sifat-sifat yang dimiliki
oleh beliau dan bagaimana perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu,
agar kita dapat meneladani Nabi Muhammad Saw. akan dikemukakan sifat-sifat dan
perilaku beliau dan kemudian bagaimana kita dapat meneladani sifat dan perilaku
tersebut.

·
Shiddiq,
yang berarti jujur. Nabi dan rasul selalu jujur dalam perkataan dan perilakunya
dan mustahil akan berbuat yang sebaliknya, yakni berdusta, munafik, dan yang
semisalnya.
·
Amanah,
yang berarti dapat dipercaya dalam kata dan perbuatannya. Nabi dan rasul selalu
amanah dalam segala tindakannya, seperti menghakimi, memutuskan perkara,
menerima dan menyampaikan wahyu, serta mustahil akan berperilaku yang
sebaliknya.
·
Tabligh,
yang berarti menyampaikan. Nabi dan rasul selalu menyampaikan apa saja yang
diterimanya dari Allah (wahyu) kepada umat manusia dan mustahil nabi dan rasul
menyembunyikan wahyu yang diterimanya.
·
Fathanah,
yang berarti cerdas atau pandai. Semua nabi dan rasul cerdas dan selalu mampu
berfikir jernih sehingga dapat mengatasi semua permasalahan yang dihadapinya.
Tidak ada satu pun nabi dan rasul yang bodoh, mengingat tugasnya yang begitu
berat dan penuh tantangan.
Di samping empat
sifat di atas, nabi dan rasul tidak pernah berbuat dosa atau maksiat kepada
Allah (ma’shum). Sebagai manusia bisa saja nabi berbuat salah dan lupa, namun
lupa dan kesalahannya selalu mendapat teguran dari Allah sehingga akhirnya
dapat berjalan sesuai dengan kehendak Allah.
Di samping
memiliki sifat-sifat seperti di atas, Nabi Muhammad Saw. juga dikenal dengan
sebutan al-amin, yang berarti selalu dapat dipercaya. Gelar ini diperoleh
Muhammad sejak maih usia belia. Dalam kesehariannya Muhammad belum pernah
berbohong dan merugikan orang-orang di sekitarnya. Dalam salah satu bukunya,
Sa’id Hawwa (2002: 164-186) memerinci keluhuran budi Rasulullah Saw. yang
sangat patut diteladani oleh umat Islam. Sa’id Hawwa menguraikan moralitas Nabi
dalam hal kesabarannya, kasih sayangnya baik terhadap keluarga maupun umatnya,
kemurahan hatinya, kedermawanannya, kerendahan hatinya, serta kesahajaannya.
Moralitas Nabi inilah yang patut diteladani dan diterapkan dalam kehidupan umat
Islam sehari-hari.
Meneladani
sifat-sifat Nabi Muhammad Saw. seperti di atas tidaklah gampang dan membutuhkan
proses yang panjang. Dengan modal cinta dan taat kepadanya, kita akan mampu
meneladaninya dalam kehidupan kita sehari-hari. Meneladani beliau secara
sempurna jelas tidak mungkin, karena beliau digambarkan sebagai insan kamil
(manusia sempurna) yang tidak ada bandingnya. Namun demikian, kita harus
berusaha semaksimal mungkin untuk meneladani sifat dan perilaku beliau, apa pun
hasilnya.
Usaha yang dapat
kita lakukan untuk meneladeni sifat dan perilaku Rasulullah terdapat beberapa
cara, diantaranya sedapat mungkin kita harus dapat menjaga amanat yang
diberikan oleh Allah kepada kita selaku manusia. Amanat apa pun yang diberikan
kepada kita, harus kita lakukan sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh pemberi
amanat tersebut. Karena itu, apa pun aktivitas yang kita lakukan, jangan sampai
kita menyimpang dari aturan-aturan yang sudah berlaku sesuai tuntunan Alquran
dan sunnah Nabi. Kita harus berusaha menjaga amanat ini sebagaimana Rasulullah
yang tidak pernah berkhianat walau sekali pun.
Kita juga harus
selalu memelihara sifat jujur dalam keseharian kita. Jujur merupakan sifat yang
sangat mulia, tetapi memang sulit untuk diwujudkan. Terkadang orang dengan
sengaja untuk tidak berbuat jujur dengan alasan bahwa jujur akan mengakibatkan
hancur. Karena itu, dewasa ini kejujuran sulit ditemukan di tengah-tengah
peradaban manusia yang semakin maju. Orang berusaha untuk mengesahkan perilaku
tidak jujur. Seandainya kejujuran ini terpelihara dengan baik, maka para
penuntut dan pembela hukum di negeri ini tidak akan terlalu sulit untuk
menerapkan dan mewujudkan keadilan di tengah-tengah masyarakat. Kenyataannya,
sebagian besar orang tidak mau berbuat jujur, sehingga seringkali orang yang
jujur malah menjadi hancur (akibat disalahkan). Rasulullah selalu berbuat jujur
tidak hanya kepada para sahabatnya tetapi juga kepada lawan-lawannya. Dan
inilah yang merupakan kunci keberhasilan Rasulullah dalam misi risalah dan
kenabiannya.
Dan yang
terpenting kita harus selalu bertaubat kepada Allah Swt. atas segala dosa dan
kesalahan yang kita lakukan setiap hari. Sebagai manusia biasa kita harus
menyadari bahwa kita selalu berbuat kesalahan dan dosa baik kepada Allah maupun
kepada sesama manusia. Rasulullah Saw. yang jelas-jelas tidak memiliki dosa
saja selalu memohon ampun (beristighfar) dan bertaubat kepada Allah. Karena
itu, jika kita tidak mau bertaubat kepada Allah, berarti kita tidak menyadari
sifat kemanusiaan kita dan kita termasuk orang-orang yang sombong
Komentar
Posting Komentar