Analogi Kebaikan “Kita Harus Menganggap Kebaikan Sebagai Apa?” (Karya : Windi Wiyati)
Sinopsis
Menjadi baik dan lebih baik adalah bukti kesabaran dan ketakwaan kita kepada Allah. Allah akan membersamai orang-orang yang sabar dalam kebaikan. Kayla terpacu oleh pancaran kebaikan Rahma, ia mencoba untuk sabar dalam meninggalkan hal-hal yang membuat Allah murka. Mereka mempercayai bahwa ketika penyakit bisa menular, maka kebaikan menular lebih dahsyat daripada penyakit. Karena kebaikan didukung penuh oleh Rabb Pemilik Semesta Alam. Maka bayangkanlah kebaikan sebagai penyakit menular yang tidak bisa dicegah penyebarannya, sehingga malaikat kewalahan mencatat amal hamba-Nya.Generasi muda sekarang banyak yang lalai dalam kebaikan. Mereka sibuk dengan eksistansi di media sosial, merasa hebat di mata manusia dengan posting kekinian. Memperlihatkan kegiatan duniawi dan lupa melihatkan ibadah terbaiknya kepada Allah. Generasi millenial yang terlena dengan gelapnya teknologi, perlu dibangunkan dengan cahaya islami. Misi kita untuk merubah mereka yang bergantung pada teknologi untuk dapat bergantung kepada AllahGuliran hidayah terus tersambut. Semoga bisa menjadikan satu dari kesekian hati yang ditakdirkan untuk menyambutnya. Ya muqollibal quluub tsabbit qalbi ‘alaa dinnik (Wahai Dzat yang mebolak-bolakkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu)
----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Menjelang Zuhur di hari Kamis, Kayla dan Rahma menggegas langkah
menuju masjid kampus. Mereka baru saja menghabiskan beberapa buku di
perpustakaan dan merasakan kepulan hebat di kepala masing-masing. Ditambah rutinitas
berpuasa, jadi mereka tidak bisa melarikan kepenatan berfikir, dengan memakan
sesuatu.
“Ma, qailulah aja yuk! Pas nih, masih 60 menit menjelang azan.”
“Umrah dulu yukKay dengan 4 rakaatDhuha, setelah itu baru
Bismikallahumma Ahya wabismika Amut.”
“Sip.”
Lantunan azan menjadi alarm ampuh oleh dua sekawan ini. Pertemanan
karena Allah, begitu mereka menyebutnya. berawal dari kebiasaan menunggu waktu
shalat di Mushalla kampus, Kayla terperangah melihat ibadah Rahma. Kayla
mengamati dalam diam. Berfikir seorang diri saat melihat Rahma selalu khusu
dalam simpuhannya. sedangkan ia, sehabis salam dan doa seadanya, ponsellangsung
mencuri perhatiannya sehingga melupakan ibadah sunnah.Kayla lebihterkagum lagi,
saat Rahma tak sungkan mengingatkan. Jadilah Rahma tempat bertanya dan uswah
Kayla dua bulan terakhir ini.
“Ke perpustakaan lagi yuk Kay.”
“Haa? Kamu masih sanggup? Sosmedan dulu aja Ma, capek hidup terlalu
serius.”
“Yaudah... Nanti kalau udah selesai, bilang ya! Aku murajaah
hafalan Qur’an saja.”
“Astahgfirullah si Rahma,
bikin aku nggak enak hati. Maaf ya aku belum bisa lepas dari sosmed.”
“Nggak masalah Kay... asalkan kamu lihat yang baik,di sosmed juga
banyak orang yang menyebar kebaikan, kepointuh akun-akun islami.”
“Oke siyapp.”
“Hati-hati jadi lalai Kay. Sebenernya penyebaran kebaikan di sosmed
itu, buat orang-orang yang belum mengerti ada banyak kebaikan yang bisa
dilakukan tanpa sosmed. Tapi sebagai hiburan sebentar, atau untuk memupuk
keimanan dengan melihat kajian dari Ustadz-Ustadz yang lagi viral di youtube,aku juga menganggap itu baik. Semuanya kembali
kediri kita Kay, kerjakanlah kebaikan yang lebih utama.”
Kayla melihat barisan huruf di layar ponselnya tak menggubris.
Balasan chat dari Zain mengalihkan Kay seketika, sunggingan senyumnya tercetak.
“Racun tuh, katanya mau lihat yang baik-baik.”
“Apasih...Aku pergi dulu ya Ma.”
Ada sedikit perasaan kesal bercampur bersalah pada Rahma setelah ia
menjauh dari Mushalla. Ia siap mendengar nasehat Rahma tentang apapun, kecuali
Zain. Namun Rahma tak juga bisa membiarkan sahabatnya terus bagini, ia raih
ponselnya dan merangkai kata sebaik mungkin untuk dikirimkan ke Kayla.
“Assalamalaikum Kay, maaf tadi aku kasar mengingatkan, karena tak
ingin sahabatku berlama-lama dalam dosa.”
“Waalaikumsalam, iya Ma makasih udah diingatkan.”
“Aku tau Kay, Zain orang yang baik, penghafal Quran, rajin ibadah
dan pastinya kamu juga sering diingatkan kebaikan oleh dia. Jatuh cinta itu
wajar, karena memang Allah yang anugerahkan cinta ke tiap hambaNya. Tapi Allah
hanya ridha pada cinta dari hambaNya yang bertakwa. Dan pacaran sebelum nikah itu
bukan perbuatan yang disukai Allah. Ketika dua insan jatuh cinta, tidak ada hal
manfaat lain yang bisa mereka lakukan kecuali menikah.”
“Hmm iya Ma, Syukran.”
“Ikhlas ya Kay, ingatkan aku juga kalau salah. Menjauhi zina itu
menghindarkan dari maksiat, tak banyak orang yang bisa, karena itu merupakan
level sabar yang lumayan tinggi. ketika kamu jadi orang sabar dan Allah bilang
Innallaaha ma’ashshaabirin (Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar)
gimana? Jadi semangat kan sabarnya. Allah yang akan membersamaimu Kay.”
Di satu sisi Kayla sangat membenarkan sahabatnya ini, tapi ia tidak
yakin akan bertemu orang sebaik Zain jika ia melepaskannya sekarang. Masa muda
memang penuh di lema, tapi kembali ke konsep hidup itu pilihan dan konsep
lelaki baik untuk perempuan baik. Hati Kayla mulai tergerak, ia mencari
petunjuk melalui ponselnya.beruntung di zaman milineal ini, informasi sangat
mudah didapat. Karena hidayah selalu datang kepada siapapun melalui cara
apapun. Layar ponsel Kayla menampilkan satu dari kesekian banyak video ceramah
yang melarang pacaran. Ia menjadi benar-benar yakin untuk mulai meninggalkan
hal buruk ini. Rahma tau persis
kekosongan hati sahabatnya, ia terus memupuk kebaikan pada Kayla.
“Ingatlah Kay, Imam Syafi’i pernah bilang, ketika hatimu terlalu
berharap kepada seseorang maka Allah timpakan ke atas kamu sedihnya sebuah
pengharapan, supaya kamu mengetahui bahwa Allah sangat mencemburui hati yang
berharap selain Dia. Maka Allah menghalangimu dari perkara tersebut agar kamu
kembali berharap kepada-Nya.
“Hangatkan hatiku selalu Ma, ingatkan kalau aku punya Allah tempat
bergantung, ramaikan ponselku dengan hal-hal baik lainnya. Karena setiap kali
aku memegang ponsel, yang teringat selalu Zain.”
“Iya Kay, aku tau...sibukkan dirimu dengan ibadah, gabung ke group whatsApp ODOJ mau? Agar setiap hari
ada satu juz al-Quran yang kamu harus baca dan niatkan karena Allah. Group
kajian, group tahfidz dan masih banyak lainnya. Semuanya akan membuatmu jauh
lebih tenang karena dekat dengan Allah Kay, percayalah.”
“Iya Ma, Bismillah.”
“Mari kita mulai Kay, merubah diri kita untuk cerminkan pada orang
lain. Generasi muda sekarang banyak yang lalai dalam kebaikan. Mereka sibuk
dengan eksistansi di media sosial, merasa hebat di mata manusia dengan posting kekinian.
Memperlihatkankegiatan duniawi dan lupa melihatkan ibadah terbaiknya kepada
Allah. Generasi millenial yang terlena dengan gelapnya teknologi, perlu
dibangunkan dengan cahaya islami. Misi kita untuk merubah mereka yang
bergantung pada teknologi untuk dapat bergantung kepada Allah.
Kalau penyakit bisa menular, maka kebaikan menular lebih dahsyat
daripada penyakit. Karena kebaikan didukung penuh oleh Rabb Pemilik Semesta
Alam. Maka bayangkanlah kebaikan sebagai penyakit menular yang tidak bisa
dicegah penyebarannya, sehingga malaikat kewalahan mencatat amal hamba-Nya.
Guliran hidayah terus tersambut. Mereka berharap bisa menjadikan satu dari kesekian hati yang ditakdirkan untuk
menyambutnya. Ya muqollibal quluub tsabbit qalbi ‘alaa dinnik (Wahai Dzat yang
mebolak-bolakkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu)
end
Biodata
Menulislah mesti hanya dirimu yang membacanya. Nama Windi Wiyati
lahir di Rengat, 19 April 1998. Adalah mahasiswa Penerima Beasiswa Santri
Berprestasi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan
Kesehatan Masyarakat. Saat ini berdomisili di Ciputat, Tangerang Selatan.
Sedangkan alamat asli yaitu di Rengat Kab. Indragiri Hulu Riau. Lulusan Pondok
Pesantren Sumatera Thawalib Parabek, Bukittinggi, Sumatera Barat. Email Windiwiyarti@gmail.com. No. WA/HP 082381994430. Saya terlalu amatir untuk disebut seorang
penulis, walau pernah memenangkan beberapa lomba cerpen lainnya dan pernah
dibukukan. Namun saya sangat menyukai dunia kepenulisan dan terus mengasah
kemampuan. Sebab, bukan hanya pahala yang bersifat jariyah, melainkan juga ada
dosa yang terus mengalir. Menjadi penulis adalah pertaruhan.
Komentar
Posting Komentar