MEMAKNAI TAHUN BARU ISLAM

 Memaknai Tahun Baru Islam


Sebelum memasuki awal yang baru, tentu banyak hal yang harus dievaluasi dan dibenahi. Dalam hal ini, pergantian tahun hijriah yang dirayakan oleh umat muslim menjadi momentum yang sangat bermakna. Momen tersebut merupakan kesempatan untuk setiap muslim melakukan introspeksi diri atau yang biasa disebut muhasabah. 


Tahun hijriah sendiri ditentukan berdasarkan peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah. Hijrah berarti meninggalkan, menjauhkan diri, atau berpindah tempat yang ditujukan pada semua bentuk kebaikan. Salah satu makna hijrah yang disebutkan dalam Al-Qur’an adalah meninggalkan keburukan dan kemaksiatan yang tercantum pada surat Al-Muddatstsir ayat 5 dan tinggalkanlah segala (perbuatan) yang keji”


Apakah kita sudah melaksanakan perintah dan menghindari larangan-Nya? Apakah kita sudah memaksimalkan setiap langkah untuk mendekatkan diri kepada Allah? Apakah bertambahnya waktu, bertambah pula keimanan kita? Itulah segelintir pertanyaan yang harus dijadikan catatan untuk memulai langkah baru di tahun ini dan tahun-tahun berikutnya. Jadikan tahun baru Islam sebagai bentuk mensyukuri segala nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT. dengan melakukan kebaikan-kebaikan yang meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT. 


Muharram sebagai bulan yang mengawali tahun hijriah merupakan salah satu bulan haram yang dimaksud dalam QS. At-Taubah ayat 36. Ibnu Katsir dalam tafsirnya yang bersumber dari hadits Imam Ahmad, menyebutkan bahwa ketika Rasulullah SAW sedang menunaikan haji wada’ terakhir, beliau bersabda “Ingatlah, sesungguhnya zaman telah berputar seperti keadaannya sejak hari Allah SWT menciptakan langit dan bumi. Satu tahun terdiri atas dua belas bulan, empat bulan di antaranya adalah bulan-bulan haram (suci), tiga diantaranya berturut-turut, yaitu Dzulqa'dah, Dzulhijjah, dan Muharram, yang lainnya ialah Rajab Mudar, yang terletak di antara bulan Jumada (Jumadil Akhir) dan Syaban.” 


Adapun amalan-amalan yang dapat kita kerjakan untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. di bulan yang mulia ini, diantaranya:

  1. Memperbanyak puasa sunnah

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, ia berkata: ‘Rasulullah saw bersabda: ‘Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah, Muharram, dan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam.” (HR Muslim).


  1. Puasa Asyura 

Diriwayatkan dari Abu Qatadah ra: sungguh Rasulullah saw bersabda pernah ditanya tentang keutamaan puasa hari Asyura, lalu beliau menjawab: ‘Puasa Asyura melebur dosa setahun yang telah lewat’.” (HR Muslim)



Referensi:

https://uin-alauddin.ac.id/opini/detail/Hijrah-Sebagai-Awal-Kebangkitan--Islam-dan-Komunitas-Muslim

https://mui.or.id/hikmah/35610/bulan-haram-dan-syariat-memuliakannya-menurut-alquran/ 

Komentar

Postingan Populer