REFLECTION
Reflection
Setiap pagi, sebelum
berangkat menuju kampus, pasti tak sedikit yang menyempatkan waktu untuk
berkaca. Tersenyum melihat bayangan fisiknya yang memantul di kaca. Sembari
mensyukuri nikmat dariNya atas rupa yang sempurna nan indah. Sesekali tangan
ini gesit sekali merapikan rambut ataupun jilbab yang masih berantakan agar
tampak rapi.
Sayangnya, pantulan di
kaca tak bisa menembus sampai ke hati. Pernahkah tertanya-tanya akan bentuk
refleksi hati kita? Sudahkah ia terlihat indah dan rapi? Pernahkah dirimu penasaran akan bagaimana
rupa hatimu? Supaya sekiranya ada bagian yang berantakan, bisa kita tata
kembali. Sekiranya ada yang kusut bisa kita rapikan kembali atau mungkin juga
ada bagian yang berdebu, bisa kita bersihkan.
Mungkinkah hati kita sudah
terlalu berdebu? Mungkinkah hati kita sudah keras laksana batu? Mungkinkah hati
ini sudah terlalu suram? Mungkin?
Rasulullah saw bersabda
yang bermaksud. “Ingatlah, pada tubuh
manusia terdapat segumpal daging. Jika segumpal daging itu baik, maka akan
baiklah seluruh tubuhnya. Namun, jika rusak, niscaya akan rusak pula seluruh
tubuhnya. Segumpal daging itu disebut qolbu.” (HR Bukhari dan Muslim).
Hati atau disebut juga qolbu, adalah komponen yang sangat
berharga bagi setiap jiwa manusia. Layaknya barang yang berharga, tentu perlu
dirawat dengan sebaik-baik penjagaan dan perawatan. Pun begitu dalam merawat
dan menjaga hati agar refleksinya selalu memancarkan keindahan baik secara
lahiriah maupun batiniah.
Meskipun kita tak mampu
melihat bayangan rupa hati kita seperti apa, tetapi hati yang mulai jauh dari
istilah qolbun salim dapat kita
rasakan dengan hadirnya kegelisahan, tidak menemukan ketenangan, mudah marah,
penuh dendam dan benci serta merasa biasa-biasa saja saat tenggelam dalam dosa
dan masih banyak lagi. Terkadang, ada perilaku kita yang sebenarnya merupakan
tanda bahwa hati kita sedang sakit. Hanya saja kita belum mau menyadarinya.
Hati yang baik, akan
menjadi sumber energi seseorang dalam membentuk kepribadian yang baik pula.
Perkataan, perbuatan, pikiran, pendengaran, penglihatan akan berbuat sejalan
dengan kondisi hati masing-masing manusia.
Seseorang yang memiliki
hati yang terjaga, akan lahirlah dari lisannya perkataan yang
mengimplementasikan panduan bertutur dalam al Qur’an yaitu antaranya adalah qaulan ma’rufan (perkataan yang baik), qaulan kariman (perkataan yang mulia) dan
qaulan layyinan (perkataan yang lemah lembut). Tak hanya lisannya yang
terjaga, tetapi seluruh gerak geriknya pun akan terjaga.
Berapa banyakkah perkataan
yang tidak seharusnya kita lontarkan, namun menjadi sebuah kebiasaan yang
mengakar dalam keseharian kita? Tidakkah khawatir bahwa perkataan-perkataan
buruk itu pelan-pelan membuat hatimu tak lagi indah? Berapa banyak perbuatan
yang tidak baik yang kita jadikan rutinitas? Tidakkah bimbang tingkah buruk itu
membuat hatimu kian keruh? Sedangkan Allah melihatmu dengan memandang hatimu,
bukan parasmu. Sesungguhnya hati adalah tempat di mana Allah memandangmu.
Dari Abu Hurairah berkata,
Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya
Allah tidak melihat fisik dan harta kalian tetapi Allah melihat hati dan amal
kalian”. HR. Muslim.
Lalu, hati yang seperti
apa yang ingin kita persembahkan pada Allah?
Yuk, belajar menata hati.
Hiaslah hati dengan nutrisi kebaikan. Dekatkan hati dengan kalam-kalamNya.
Bentengi hati dengan tegaknya bahumu dalam lima waktu sehari semalam. Tidak
lupa juga untuk menguatkan setiap usaha dengan tetap berdoa memohon pertolongan
kepada Allah agar selalu menetapkan hati kita dalam iman dan taqwa, serta
memberikan kemudahan kepada kita dalam
menjaganya. Semoga Allah selalu mengaruniakan kepada kita qalbun salim yakni hati yang sejahtera.
Jaga hatimu baik-baik ya.
Ajarkan ia untuk mencintai Allah agar refleksi yang terbentuk darinya akan
menghasilkan bayangan yang indah.
Wallahu a'lam.
Komentar
Posting Komentar