BERBAIK SANGKA

 BERBAIK SANGKA
oleh: Alima Balqis Zhafira (PSKM 2021)


Benarkah ini yang terbaik?

Barangkali itulah pertanyaan yang menghantui benak kita tatkala realitas tak sesuai yang diharapkan. Kita ragu dengan apa yang diperoleh saat ini. Kita ragu akan kebaikan yang ada di dalamnya. Bayangan kita mengatakan, adalah kebahagiaan dimana terletak hal-hal yang kita harapkan. Agaknya inilah yang membuat problematika kehidupan semakin mencekik. “Aku mengikuti sangkaan hamba-Ku terhadap-Ku,” dalam sebuah hadits Qudsi, “maka biarkanlah ia memikirkan tentang-Ku sekehendak hatinya.” Maha Suci Allah, inilah rumus dalam menghadapinya.

Merupakan sunnatullah bahwasanya kehidupan memiliki dua kutub yang berseberangan. Suatu saat dipenuhi dengan keberhasilan dan kebahagiaan, di saat yang lain kegagalan dan kesedihan.  Akan tetapi, “Jangan bersedih hati,” tulis Dr. Aidh Al-Qarni dalam La Tahzan,karena sinar matahari akan terhalang oleh atap yang teduh, hausnya di siang hari akan disegarkan oleh air yang tawar, dan rasa sakit si penderita akan segera terlupakan dengan datangnya kesehatan, namun Anda hanya harus bersabar sebentar saja!

Mengenai hal ini, dalam sebuah ayat yang mulia Allah berfirman, “Inna ma’al ‘usri yusran.” Hadirnya kesulitan merupakan pertanda bahwa jalan-jalan kemudahan telah Allah siapkan di baliknya. Hal ini senada dengan firman Allah lainnya, (تِلۡكَ ٱلۡأَیَّامُ نُدَاوِلُهَا بَیۡنَ ٱلنَّاسِ وَ ) Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran). Inilah kehidupan, bagaikan roda yang berputar. Jikalau hari ini berada di bawah, bisa jadi esok berada di atas. Awalnya sesuatu itu dibenci, bisa jadi lambat laun jadi suka. Ah, begitu sok taunya manusia dan begitu terburu-burunya ia menghakimi kehendak Allah. Padahal Allah telah berfirman, “Wallahu ya’lamu wa antum la ta’lamun”?

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata :

لو كشف الله الغطاء لعبده، و أظهر له كيف يدبر له أموره، و كيف أن الله أكثر حرصًا على مصلحة العبد من العبد نفسه، وكيف أنه أرحم به من لذاب قلب العبد محبة لله، و التقطع قلبه شكرا لله!

Andaikan Allah menunjukkan kepada hamba-Nya bagaimana Dia mengatur segala urusannya untuknya, dan bagaimana Dia lebih menjaga kebaikan untuknya daripada dirinya sendiri, dan bagaimana Dia lebih mencintainya daripada ia mencintai-Nya, maka akan meleleh hati hamba itu dikarenakan rasa cinta dan syukur kepada-Nya.

Diriwayatkan dari Umar bin Abdul Aziz, Khalifah Bani Umayyah sekaligus cicit dari Khalifah Umar bin Khattab, bahwa ia berkata, “Aku tidak punya kegembiraan lagi, kecuali di tempat-tempat jatuhnya takdir.” Ditanyakan kepadanya, “Apa yang kau inginkan?” Ia menjawab, “Apa yang telah ditentukan Allah.

Alkisah, ada seorang putri bertanya pada ibunya. Sembari memandang foto lawas, sang putri mengatakan, “Kenapalah wajahku tak seperti perempuan. Seperti laki-laki pun tidak.Lalu, sang Ibu malah tertawa. “Dulu, harapan Ibu memiliki anak laki-laki lagi, tapi kehendak Allah sebaliknya,” tandas sang Ibu. “Ah, tapi sekarang itu tak penting lagi. Ibu bersyukur punya sepasang. Apalah jadinya jikalau harapan itu benar-benar dikabulkan?” Putrinya tertawa dibuatnya.

Apapun pemberian-Nya, marilah kita terima dengan penuh kebijaksanaan. Janganlah kita cela dengan mengatakan, “Andaikan aku begini dan begitu.” Tapi belajarlah mengatakan, “Wa ufawwidhu amri ilallah,” sebagaimana ungkapan Nabi Musa yang diabadikan dalam Surat Ghafir. Dan seperti dalam ungkapan yang lumayan terkenal, “La’alal khayra yakmunu fissyarr”. Bukankah kebaikan seringkali tersembunyi pada hal-hal yang kita anggap buruk?

Wallahu a’lam.

Komentar

  1. Saat kita yakin ketetapan Alloh itu yang terbaik, maka tunggu saja, bersabarlah, Alloh pasti akan memperlihatkan kebenaran itu pada kita. Semangat Alima Balqis ... :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer